Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh ukhti wa akhi fillah, gimana, masih semangat untuk menebar kebaikan pada bulan Ramadhan ini? Semoga semangat itu terus tumbuh dan mengakar pada kepribadian kita masing-masing yak, Aamiin. Pada post kali ini, gue akan bahas mengenai amalan-amalan yang keliru seputar Ramadhan. Bisa jadi, kita belum sadar amalan apa saja itu karena sudah mengakar pada masyarakat umum. Yuk, langsung aja kita bahas amalan apa aja yang keliru dalam Ramadhan.
Pertama, mengkhususkan ziarah kubur menjelang Ramadhan. Ehem, lo tahu kan kalau sebagain besar orang masih melakukan adat ini, yang di Boyolali biasanya disebut nyadran. Tidak tepat, kalo ada orang beranggapan bahwa menjelang Ramadhan adalah waktu yang utama untuk menziarahi orangtua atau pun kerabat. Tapi, kalo mau ziarah bisa kok setiap saat karena ziarah akan membuat hati kita semakin lembut karena ingat akan malaikat Izrail yang sedang OTW menunggu giliran kita. Nabi Muhammad Saw bersabda “Lakukanlah ziarah kubur karena hal itu lebih mengingatkan kalian pada akhirat (kematian)” (HR Muslim no. 976, Ibnu Majah no. 1569, dan Ahmad 1 : 145)
Kedua, padusan, mandi besar, atau keramasan menyambut Ramadhan. Inget guys, amalan-amalan yang dibuat sendiri dan nggak ada dalil bisa jadi bid’ah lho, so be careful! Termasuk acara padusan yang masih melekat pada tradisi masyarakat umum. Lebih parahnya, acara padusan dilakukan di pemandian yang mana terjadi ikhtilath yaitu campur baur antara lelaki dan perempuan. Kan aneh kalau mau nyambut Ramadhan tapi malah disambut dengan hal yang bisa bikin Allah murka.
Ketiga, mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya. Inget nih sabda Rasulullah Muhammad Saw “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa mengerjakan puasa pada hari tersebut maka puasalah” (HR Abu Daud no. 2335, An Nasai no. 2173, Tirmidzi no. 687 dan Ahmad 2 : 234. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadist ini shahih) Nah, pada hari itu kita dilarang puasa karena hari tersebut juga hari yang meragukan, berdasarkan sabda Rasulullah Muhammad Saw “Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan maka dia telah mendurhakai Abul Qasim (yaitu Rasulullah Muhammad Saw)” (HR An Nasai no. 2188 dan Tirmidzi no. 686. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadist ini shahih.)
Keempat, melafazhkan “Nawaitu shouma ghodin... Nah ini perlu diperbaiki. Letak niat sebenarnya adalah di dalam hati bukan di lisan. Bahkan, kalo niat itu dijaherkan, para ulama lebih melarang keras. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan “Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan dan pendapat ini tidak terdapat perselisihan diantara para ulama.” (Roudhotuth Tholibin, 1 : 502)
Kelima, pensyariatan waktu imsak. Maksudnya adalah berhenti makan dan minum saat 10 atau 15 menit sebelum waktu Subuh. Hal ini nggak bener guys. Waktu imsak adalah sejak terbit fajar shodiq yaitu saat adzan Subuh berkumandang. Jadi, jangan sampai keselek sendok ya karena terburu-buru makan saat mendengar kata-kata “imsaak..imsaaak”.
Keenam, dzikir jama’ah dengan dikomandoi dalam sholat Tarawih atau shalat lima waktu. Sebagian masyarakat Muslim masih melaksanakan hal ini yang mana nggak ada tuntunannya dalam agama. Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata “Tidak diperbolehkan para jama’ah membaca dzikir secara berjama’ah. Akan tetapi yang tepat adalah setiap orang membaca dzikir sendiri-sendiri tanpa dikomandai oleh yang lain.karena dzikir secara bersama-sama adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya dalam syari’at Islam yang suci ini.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 11 : 190)
Ketujuh, “as sholaatul jaami’ah” untuk menyeru jamaah dalam sholat Tarawih. Ngga ada lho tuntunan dalam Islam yang mengajarkan seperti ini. Juga, dalam sholat Tarawih tidak ada seruan adzan atau iqomah untuk memanggil jama’ah karena adzan dan iqomah hanya ada pada shalat fardhu. Perkara yang ngga ada tuntunannya termasuk perkara yang diada-adakan atau bid’ah. Yuk, jauhi bid’ah.
Kedelapan, Perayaan Nuzulul Qur’an. Perayaan ini nggak pernah dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Juga, nggak pernah dicontohkan oleh para sahabat. Para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan “Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita untuk melakukannya.” Entah dari mana asal mula perayaan Nuzulul Qur’an di Indonesia.
Kesembilan, tidak mau mengembalikan keputusan penetapan Ramadhan dan hari raya kepada pemerintah. Kasus kayak gini pasti terjadi di Indonesia. Ya, walau ngga setiap tahun sih tapi kan ya keliatan kurang kompak gimana gitu. Al Lajnah Ad Da’imah, komisi Fatwa Saudi Arabia mengatakan, “Jika di suatu negeri terjadi perselisihan pendapat,maka hendaklah dikembalikan pada keputusan penguasa Muslim di negeri tersebut. Jika penguasa tersebut memilih suatu pendapat, hilanglah perselisihan yang ada dan setiap Muslim di negeri tersebut wajib mengikuti pendapatnya.” Ngga bermaksud apa pun, lebih baik kita nurut sama keputusan pemerintah.
Sepuluh, bayak tidur ketika berpuasa. Ada hadist kayak gini “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.” Perlu kita ketahui kalo hadist ini dho’if. So, jangan jadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan yak. Mending baca Al Qur’an dan raih pahala.
And the last is, puasa tetapi tidak sholat. Hmm, orang macem ini kasian. Ibarat seorang pekerja keras yang ngga dapet gaji, pasti bikin nyesek dan galau berkepanjangan. Maka dari itu, sholat 5 waktu kan kewajiban maka harus kita laksakan. Nah itu dia teman-teman amalan-amalan yang keliru seputar bulan Ramadhan, semoga bermanfaat. Edisi fiqh Ramadhan hari ini materinya gue kutip dari buku Panduan Ramadhan karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.