Alhamdulillah gue baru seneng banget! Lebih seneng daripada jomblo ngenes yang dapet telolet dari om-om sopir bus. Hadiah di awal tahun 2017, yang sering gue minta dalam doa. Allah Maha Mendengar dan doa gue dikabulkan oleh-Nya. Yep, langsung ke cerita yukk guys. Read it carefully..
Gue akan bercerita mengenai pengalaman yang membuat gue bersyukur sekaligus terharu. Tepatnya, saat liburan kemarin gue merasa ada yang kurang dalam hati. Yeah, meski pun pergi bareng keluarga atau sahabat memang membuat gue merasa lebih baik namun saat gue sendiri perasaan kesepian itu kembali lagi. Dalam doa pernah gue nangis dan mengadu sama Allah mengenai masalah ini. Pokok permasalahan ini adalah : GUE PENGEN BALIK KE ROHIS.
Pernah gue menerima beberapa pesan dari temen-temen Rohis juga kakak kelas yang meminta gue untuk kembali ke Rohis. Hati nggak bisa bohong, dia berbisik agar gue kembali ke Rohis. Jujur, dulu setelah gue keluar dari Rohis (kelas X semester 2) baru beberapa bulan aja gue sering merindui ukhuwah di Rohis Firman SMA N 3 Boyolali. Apalagi saat membaca artikel mengenai indahnya berjamaah, uuh makin nyesek gue mah.
Nyali gue selalu menciut ketika berhadapan dengan orangtua dan hendak bilang kalau gue pengen masuk Rohis. Teringat tausyah Ustadz Yusuf Mansur, yang katanya “Udah, sholawatin aja.” Gue pun bersholawat dan setelah itu selalu berdoa agar orangtua gue mengizinkan kembali ke Rohis. Gue inget, malem-malem *eh gue lupa tanggalnya, saat itu hujan dan para jomblo sedang merenungi nasibnya. Saat membaca sebuah buku ditemani rintik hujan, mendadak gue nangis dan pokoknya pengeeeen banget balik ke Rohis, gue pun berdoa pada Allah agar Dia mengizinkan gue kembali dalam dekapan ukhuwah dan berharap orangtua juga setuju. Tak berapa lama, gue dapet SMS dari kakak kelas yang meminta gue balik ke Rohis. Saat itu gue tidak menjawab “ya” atau “tidak” karena belum ada kepastian.
Dengan keberanian yang gue kumpulkan, saat berdua dengan Ibu gue bilang :
“Ma, boleh bilang sesuatu? Tapi, jangan marah ya.” Kata gue sambil senyum-senyum gitu.
Nyokap gue menoleh dan bilang “Iya, ada apa?”
“Jujur Ma, aku pengen balik ke Rohis.”
Hening.
Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..
DOOOR! Hehe, gue saat itu tegang banget, sebelumnya gue udah bersholawat dan minta tolong sama Allah dan lo tau apa jawaban nyokap gue? Diluar dugaan gue!
“Sebenernya mama nggak melarang. Masuk aja. Tapi ngomong dulu sama Ayah.”
Alhamdulillah, gue pengen melompat karena saking girangnya tapi gue senyum-senyum aja waktu itu. Yakali, masa di hadapan nyokap lo akan beratraksi sirkus pfftt.. Yang menjadi masalah selanjutnya adalah gimana caranya gue ngomong ke ayah tentang Rohis. Setelah beberapa hari ngomong ke nyokap gue belum punya nyali juga ngomong ke ayah.
Gue makin kenceng sholawat dan doa ke Allah. Akhirnya, saat duduk-duduk santai bareng keluarga gue berniat ngomong hal itu ke ayah. Gue menarik nafas dalam-dalam dan rasanya kayak seseorang yang jatuh cinta tapi bingung gimana ngungkapinnya, kurang lebih seperti itu yang gue rasakan saat itu.
Hhh, hari itu gue gagal max meminta izin sama ayah karena gue malah ndredek, itu pun belum ngomong. Yusrina dan Shella temen di Rohis yang sering ngasih semangat dan dukungan supaya gue balik ke Rohis juga bingung tujuh keliling. Hari berlalu, dan suatu hari gue udah ga tahan pengen ngomong ke ayah karena liburan tinggal beberapa hari lagi dan gue saat hari pertama pengen langsung ngomong ke Pak Mustakim kalau gue pengen masuk ke Rohis.
Pagi hari gue kembali minta tolong sama Allah lagi supaya ayah gue mengizinkan, akhirnya keberanian itu tumbuh. Gue siap mendengar jawaban apa pun dari ayah. Hh, ini persis kayak orang yang lagi deg-degan antara cintanya diterima apa nggak. Paginya ayah ngajak sekeluarga buat wisata kuliner ke Pengging dan siangnya udah balik ke rumah dengan muka lelah. Well, seharusnya saat ke Pengging muka gue sumringah karena disitu makanan yang dijual enak-enak and you can buy anything you want. Komplit banget! Lo cari apa deh, disitu in shaa Allah semua jenis makanan ada.
Hari itu gue banyak diem karena gugup dan sholawat dalam hati sekaligus berdoa pas hari itu juga agar ayah memberi lampu hijau ke gue dan Rohis. Ayah gue seorang lelaki yang peka hehe, makanya saat gue berdiam diri ayah tanya.
“Kok diem aja? Ada apa Za?” tanya Ayah ke gue.
Gue pun menarik nafas dalam-dalam dan berkata dengan penuh keberanian “Gini Yah, aku pengen masuk ke Rohis lagi.”
Saat itu nyokap gue diem aja dan gue merem melek nggak berani menatap ayah gue. Rasanya gue pengen lari keliling lapangan 7 kali atau Ya Allah gue gugup!
Ayah pun menjawab “Kamu yakin mau masuk ke Rohis? Kan udah kelas 11 semester 2?”
Gue pun menjawab kalau gue yakin dan gue bener-bener rindu Rohis! Ah, benar kata Dilan kalau rindu itu berat dan gue nggak kuat!
Ayah gue terlihat menghela nafas dan beliau menjawab “Ya sudah kalau itu mau kamu. Ayah tidak ingin mengekangmu. Tapi, kamu harus bisa lebih baik di sekolah. Masa remaja harus diisi dengan hal-hal yang baik. Ini hak dan kebebasanmu.”
Uww, alhamdulillah. Gue dapet LAMPU HIJAU dari kedua orangtua gue. Aih seneng banget dah! Gue pun berniat masuk ke Rohis agar menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat di Rohis. Tapi, gue harus melepas kesempatan yaitu ikut OSN geografi. Entah dapet ilham darimana, guru gue menunjuk beberapa siswa untuk seleksi OSN dan gue termasuk. Padahal ilmu gue dangkal banget tentang geo dan hafalannyaaa, gak kuat dah! Tapi, sampai sekarang gue belum ketemu Bu Amini buat izin mengundurkan diri.
Begitulah kisah gue. Dan orang pertama yang gue kasih tau adalah Nadia karena dia yang bakal gue ajak untuk menemui Pak Mustakim dan Bu Amini. Dia balas pesan WhatsApp gue dan katanya dia ikut senang juga. Terimakasih gue ucapkan pada temen-temen yang selalu mendoakan gue secara diam-diam agar gue balik ke rohis. Terutama untuk Nadia, Yusrina, dan Shella yang dekat dengan gue dan mereka selalu menyampaikan hal-hal positif. Jaazakillahu khair ukhty ku.. dan temen-temen lain, dank u wel untuk doanya. Juga, mas Dendy yang satu divisi sama gue (tabligh) dulu saat gue keluar dari Rohis memberi semangat ke gue dan bilang kalau dia yakin suatu saat gue balik ke Rohis. That’s right, dan beberapa hari yang lalu pun menanyakan gue tentang OSN geo juga mengucap hamdalah gue balik ke Rohis, dan mengenai OSN gue bilang tidak bisa karena hafalan banyak, itu fakta, ehee..
And you know guys, sekarang gue udah balik dalam dekapan ukhuwah. Rasa cinta gue tersalurkan dengan indah dalam Rohis. Saat gue bilang ke Pak Mus hendak masuk Rohis beliau terlihat senang. Saat rapat hari Kamis kemarin banyak teman-teman Rohis angkatan gue yang mengucapkan selamat datang kembali. Adik kelas terlihat bertanya-tanya karena belum tau siapa gue gerangan dan tiba-tiba menampakkan diri disitu. Saat itu pun ada kakak kelas 12 yang ikut serta hendak serah terima jabatan. Dan Mas Hasan ketua Rohis angkatan tahun lalu, mewakili kelas 12 bilang kalau angkatannya bersyukur gue balik ke Rohis, terimakasih juga udah mengizinkan gue buat bergabung kembali dan berbagi hal positif selama ini. Agus pun ketua Rohis angkatan gue bilang selamat datang di Rohis dan jangan kemana-mana lagi. Gue bener-bener seneng hari itu. Kamis, 5 Januari 2017 gue merasakan hati gue sumringah dan terharu.
Indahnya berada dalam dekapan ukhuwah
Belajar bersama tuk menjadi insan yang lebih baik dalam satu wadah
Berusaha menggapai ridho-Nya dalam berjamaah
Saling menguatkan jika ada problema dalam berhijrah
Berusaha mengemban dengan baik beberapa amanah
Hal yang terasa berat pun menjadi mudah
Karena kita berada dalam ukhuwah
Saling memberi semangat dalam berdakwah
Mengganti lelah dengan lillah
Moga-moga hidup kita selalu Allah beri berkah
“Seusungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat orang-orang yang bukan Nabi, dan bukan pula Syuhada,” ujar Rasulullah sebagaimana dibawakan dalam hadits oleh Imam Abu Dawud, “Tapi bahkan para Nabi dan Syuhada cemburu pada mereka di hari Kiamat nanti, sebab kedudukan yang diberikan oleh Allah pada mereka.”
“Ya Rasulullah,” kata para sahabat ketika itu “Beritahukanlah kepada kami, siapa mereka?”
“Mereka itu adalah,” jawab beliau..
“Segolongan manusia yang saling mencintai karena rahmat Allah. Bukan oleh sebab kekerabatan dan darah. Bukan pula karena didasarkan pemberian harta. Demi Allah, wajah mereka pada hari itu bersinar cemerlang dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tiada merasa khawatir ketika manusia lain ketakutan. Dan mereka tidak bersedih ketika manusia lain berduka.”
Sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan Imam Ahmad dan At-Tirmidzi mencakup kalimat Allah mengenai karunia pada para pecinta ini “Orang-orang yang saling mencintai demi keagunganKu, akan diberikan padanya mimbar dari cahaya yang dicemburui oleh para Nabi dan Syuhada.”
Mashaa Allah, alangkah indahnya mereka yang mendapat karunia ini.
Well, penutup tulisan ini. Hati yang terkait di Rohis, saat kaitan tersebut lepas dari dirinya sudah pasti jiwa itu merinduinya. Bagikan tanah yang kering nan tandus, ia butuh penyegar dan penyejuk jiwa. Dalam dekapan ukhuwah terobati rasa itu. Susah senang dilalui bersama. Meski pun lelah, karena lillah semua berubah menjadi berkah. Jangan sampai hati yang sudah terkait di Rohis kembali kehilangan jati dirinya.