Halo semua! Malam yang berirama ya, kan hujan. Dengan ditemani secangkir hot milk coffe dan juga mite hot plate buatan gue sendiri *nggaya wkwk, gue pengen cerita sama kalian tentang LDK yaitu latihan dasar kepemimpinan. Yup, kegiatan ini rutin diadakan setahun sekali yang mana peserta acara ini berasal dari seluruh anggota organisasi entah itu Rohis, MPK/OSIS, PKS, Paskib, PMR, dan DA. Semua wajib mengikuti acara tersebut.
Sebenernya gue paling males kalau ada acara kayak gini. Pertama, barang-barang yang dibawa pasti membutuhkan perjuangan buat bisa dapetinnya. Kedua, JAUH DARI KELUARGA. Gue paling ga bisa jauh dari keluarga gue. Entah kenapa, yang jelas gue selalu merasa hangat di tengah-tengah nyokap, bokap, juga adik gue.
Nah acara LDK diadakan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 12-13 Desember 2015 kemarin. Gue kesel karena pemberitahuan barang yang dibawa diumumkan pada hari Jum’at. Mana sampai rumah pukul 4 sore. Gue langsung ribet buat siapin barang-barang yang dibawa hari Sabtu.
Saat itu semua udah beres tinggal satu yak yaitu pita biru yang harus ditempel sejumlah 5 di kerudung. Gue pun membuka plastik berisi pita yang udah gue beli. Sialnya, ternyata pita tersebut berwarna ungu dan juga berbahan plastik. Gue sempet tertawa waktu itu, kenapa pas beli gue ga nyadar? Haduh apa sih yang gue pikirin waktu itu. Apa gue kepikiran ya tentang kucing gue yang hobi luluran juga spa. Tapi, kalo dipikir lagi gue ga punya kucing. Argh!
Mampus gue, pikir gue saat itu. Gue mau keluar tapi hujan lebat, jam di dinding menunjukkan pukul 20.30. Gue pun panik dan segera menghubungi semua anggota rohis yang cewek juga temen gue yang ikut LDK besok apakah masih ada sisa pita. Apes, ternyata mereka semua membeli pita dengan ukuran mepet artinya ga ada sisa. Tapi, kakak kelas gue rohis mbak Dhinda, mbak Krisma, juga mbak Frida baik hati yang mau keluar malem-malem buat nyariin pita untuk adik kelasnya yang teledor. Tapi sayang udah tutup!
Tanda Pengenal |
Saat itu gue mau nyerah, tapi mengingat perjuangan gue buat bertahan di Rohis nggak gampang, yang mana dulu gue harus yakinin ortu yang sempet ngelarang gue ikut Rohis karena sesuatu, juga jadi divisi inti di situ. Alhamdulillah I found the way. Gue inget gue punya tanda pengenal saat gue jadi anggota tim Majalah Kreasi di SMP dulu. Kayak gini nih..
Nah gue potong tuh tali dan gue jadiin 10 untuk 2 kerudung. Yeah, meski kecil-kecil it’s okay lah. Akhirnya semua beres dan keeseokan harinya tinggal cuss ke sekolah. Di sekolah gue langsung gabung dengan Rohis. Dan dimulailah kegiatan itu.
Awal-awal sih cuma season dari pembina dan dilanjutkan makan-makan. Juga ada pembahasan program kerja setiap divisi untuk ke depannya. Gue kira bakal ada bintalan (dibentak-bentak senior) tapi Alhamdulillah tahun ini kepala sekolah smagaboy ganti dan beliau super duper baik hati kayak peri-peri di negeri dongeng.
LDK tahun ini ga ada yang namanya bintalan, jurit malam, juga road school. Betapa senangnya diri ini. Tahun lalu pun disuruh bayar untuk konsumsi tapi tahun ini free. Biaya dari sekolah. How’s lucky us!Angkatan gue bener-bener bejo. Nah pas sampai siang hari ga ada apa-apa dan biasa-biasa aja. Tapi sorenya gue jadi sasaran.
Gapapa gue tulis di sini karena ga mungkin senior gue tau kalo gue punya blog. Gue harap juga sih dia ga baca, ga mungkin juga kayaknya, jadi amanlah. Gue duduk di depan sendiri. Saat itu MC yang bertugas berasal dari senior OSIS, tentu mereka semua hits. Ada mas itu yang pernah ke luar negeri (sebut aja mas Ak) juga mas itu yang punya kembaran (sebut aja mas Haf). Setiap organisasi udah punya yel-yel masing-masing. Gue udah semangat saat yel-yel Rohis. Tapi, mas Ak bilang gini ke gue “Dek, kamu yang semangat ya! Jangan gitu donk!” ucapnya sambil mendekat ke gue. Gue shock karena kaget waktu itu. Mas Haf ikut-ikutan “Iya dek, yang semangat!! SEMANGAT YA, SEMANGAT YA!!!” Dua-duanya semakin deket ke arah gue sambil teriak-teriak dan gue terbelalak. Gue pengen kabur. Rasanya saat itu gue mau dimakan hidup-hidup. Tapi untungnya Mas Haf bilang “Eh dia Rohis lho kak, jangan deket-deket donk! Bukan mukhrim.” Mas Ak jawab “O iya aku lupa. Maafin kakak ya dek.” Ucapnya. “Eh Rohis kok kakak. Pakai bahasa Aa’ aja.” Kalau ga salah Mas Haf bilang kayak gitu.
Berawal dari kejadian itu, saat acara makan-makan pasti gue sasarannya. Setiap acara makan Mas Ak akan bilang “Dedek Zalfaa makannya pelan-pelan banget ya.” atau saat-saat terakhir waktu makan akan berakhir “Dedek Zalfaa udah belum makannya?”, dan seterusnya. Gue yang pemalu, cuma bisa tersenyum canggung. Dan Mas Ak menyebut gue sebagai adik kelas yang kalem dan anggun. Kayaknya salah deh wkwk tapi ya semoga aja bener deh. Aamiin. Tapi nggak enak tau rasanya saat makan tiba-tiba lo jadi pusat perhatian. Huaaa...
Masuk ke hari Minggu, paginya ada acara sarapan bersama. Saat itu organisasi Rohis makan di deket tempat mic. Saat Mas Ak akan mengambil mic, dia tanya lagi ke kakak kelas Rohis “Dek, kemarin yang itu namanya siapa?” “Zalfaa mas?” tanya kakak kelas Rohis. “Oh, iya Zalfaa. Mana orangnya?” gue yang saat itu posisinya membelakangi Mas Ak langsung ditunjuk oleh kakak kelas Rohis yang tadi dan Mas Ak langsung bilang “Subhanallah.” Anggota Rohis pun tersenyum geli kecuali gue yang hanya bisa membrengut karena jadi sasaran mulu.
Seterusnya begitu. Ada aja nama gue sering disebut-sebut. Acara LDK pun selesai dan keesokan harinya gue masuk sekolah seperti biasa. Temen-temen gue entah dari Paskib, DA, OSIS, Rohis memanggil gue dedek Zalfaa dengan nada yang dibuat-buat seperti Mas Ak. Jiaah, gara-gara Mas Ak gue sekarang jadi punya panggilan Dedek. Childish banget rasanya.
Bahkan kemarin Selasa saat kegiatan outing class di Sangiran juga Keraton Surakarta gue bertanya ke guide keraton. Kenapa keraton dicat warna biru. Beliau bilang jawabnya nanti aja. Saat sesi pertanyaan, sang guide bilang “Tadi siapa yang bertanya kenapa keraton ini dicat warna biru?” gue tunjuk langit dan salah seorang anggota Paskib bilang “Oalah dedek bertanya.” Gue menoleh ke arahnya dan kembali cemberut. Juga ada temen gue yang jadi MPK “Zalfaa, kamu dipanggil dedek sama Mas Ak lucu tahu! Jadi hitz lagi. Semua jadi tahu.” Dia tersenyum puas. Gue cuma bisa jawab “Ah enggak kok.”
Temen-temen gue di kelas yang mengikuti LDK juga bilang “Eh kemarin Zalfaa ngehits lho gara-gara dipanggil dedek.” Jiaa, gue nggak menginginkan hal itu. Jujur guys, jadi hits di kalangan manusia itu bukan target gue. Bukan seberapa kita ngehits tapi seberapa bermanfaat untuk orang lain. Yang gue targetkan adalah jadi hits di kalangan penduduk langit karena Allah sering bercerita tentang gue.
Yaaah, gara-gara nulis hot milk coffe gue udah dingin. Ga jadi hot dong. Tapi mite hot plate sudah habis tak tersisa. Gitu deh LDK tahun ini yang bernuansa ceria. Selamat malam dan sampai jumpa di post selanjutnya, In Shaa Allah. Gue hanya bisa mendesah pasrah dengan panggilan dedek dari temen-temen seangkatan gue sekarang.