Well, artikel kali ini lebih tepatnya curahan pikiran seorang blogger labil yang tak menentu suasana hatinya. Ditambah hujan yang memberikan suasana magis. Ah, sudahlah.. Tapi jujur aja, setelah gue nulis hati gue jadi plong gitu. Menulis adalah salah satu cara yang paling ajib buat mengobati galau versi gue.
Nah jadi gini.. Gue mengetahui kenyataan yang membuat remuk hati gue saat itu. I juts felt it. I don’t know how, I don’t why. Yeah, I just did. How fool? Ck! Nah gue mengetahui kenyataan itu saat gue mengikuti kegiatan 17-an beberapa bulan yang lalu. Hmm, flashback starts..
Tia salah seorang temen gue, menemani gue mengikuti kegiatan sepeda santai dalam rangka memperingati HUT RI ke 70 tahun. Dia berceloteh tentang sekolahnya, perasaannya, dan juga keadaan adik-adiknya. Gue pun juga melakukan hal yang sama kecuali perasaan gue. Rumah kami tidak terlalu jauh. Tapi, gue jarang keluar rumah. Jadi kami jarang bertemu dan ini kesempatan yang berharga bisa ngobrol dengan tetangga secara akrab. FYI, Husein juga ikut dalam kegiatan ini. Lagi-lagi, gue nggak sengaja papasan sama dia.
Setelah kegiatan selesai, Tia mengajak gue untuk makan soto. Maklum, kami belum sarapan. Perut gue saat itu keroncongan. Mungkin temen gue denger jadi diajakin makan deh. Nah setelah acara makan-makan selesai, dimulailah sebuah kisah yang membuat lubang besar di hati ini kala itu.
Saat itu Tia banyak berceloteh dan gue lebih banyak mendengarkan. Entah kenapa topik yang dibicarakan Tia menuju ke arah Masjid Al Hidayah. Dari penilaian gue, dia juga kagum dengan seorang ikhwan berkacamata. Dan lo tau sosok itu Husein! Yeah, seorang pria berkacamata yang membuatnya tampak dewasa. Kurang lebih saat itu temen gue bilang “Za, lo tau nggak anak pondok di situ yang pakai kacamata? Orangnya keren juga keliatan kalem gitu ya! Alim lagi!” saat itu gue cuma tersenyum dan dalam hati gue tau kalo yang dimaksud adalah Husein. Tia melanjutkan omongannya “Yeah, tapi sayang dia udah punya pacar.” JLEB! Satu kalimat tragis itu membuat hati gue panas. Ini serius, gue sedih.
Gue berusaha membuat raut wajah gue sebiasa mungkin dan gue menimpali “Masa?” Tia pun menjawab “Iyup, pacarnya anak guru ngaji lo sewaktu dulu.” Rasanya saat itu perih banget. Gue mati-matian buat nyembunyiin rasa amarah, sedih, kecewa, dan juga kesal terhadap Husein. Gue nggak tahan saat itu dan gue pamit pulang duluan.
Di rumah gue langsung meluapkan emosi gue. Untung saat itu di rumah ga ada orang. Gue langsung menuju kamar dan mengunci diri. Barang-barang yang semula tertata rapi menjadi berantakan hanya dalam hitungan menit. Gue bingung harus kepada siapa gue menyalahkan.
Untuk memastikan info yang diberikan temen gue, gue langsung buka laptop dan mengorek informasi sedalam-dalamnya. Gue tau nama orang yang disebut-sebut sebagai pacar Husein. Langsung aja gue stalk akunnya. Gue lihat status hubungannya yang ternyata single. Namun, saat gue melihat-lihat fotonya.. Hmm. Maybe that’s right. Mereka berada dalam sekolah yang sama dan di dalam foto-foto itu mereka terlihat sangat akrab.
Seketika itu bayangan gue tentang Husein yang alim dan nggak pacaran segera menguap. Gue sedih. I felt hurt so deep so much in myself. Sedih, kecewa, marah, jengkel, pengen gigit orang, pengen lempar tante-tante jail pake sepatu. Semuanya campur aduk jadi satu. Ini bener-bener hal yang buruk dan gue menyesal banget. Entahlah, untuk apa penyesalan itu sebenarnya. Saat itu semangat gue mulai agak memudar.
A Quote from Imam Syafi'i |
Gue jadi teringat kutipan Imam Syafi’i yang memang benar dan sudah terbukti. Gini “Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.” JLEB!
Mungkinkah Allah cemburu sama gue? Duh, gue saat itu merasa terharu. Allah begitu menyayangi hambaNya. Dan gue sadar betul dari awal gue lah yang salah. Saat itu sih hampir seminggu gue masih belum bisa menerima kenyataan pahit itu. Tapi, setelah gue baca-baca artikel Islami, gue bangkit perlahan. Nyokap gue pun sampe heran kok gue berubah-ubah. Pas lagi semangat, semangat banget. Tapi, kalo hati udah sakit semuanya pasti juga ikut loyo. Alhamdulillah, Allah menunjuki gue saat gue baca sebuah hadist..
TO BE CONTINUED..